Rabu, 22 Mei 2013

MAKALAH



PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Dosen Pengampu:  
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ SEJAR5AH KEBUDAYAAN ISLAM”
logo-uin-suka-baru-warna.jpg

Disusun Oleh:
Pilan Darmawan (11470062)

PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Kata Pengantar
 Bismillahirrahmanirrahim,                                                                                                  Hamdan syukron lillah, sholatan wasalaman ala hibibillah saw, fa aqulu la haula walakuwwata illa billah ammaa ba’du.
        Puji syukur kehadirat illahi yang mana telah memberikan karunia serta hidayahnya sehingga rencana untuk membahas makalah tentang perkembangan islam di indonesia, meskipun dalam bentuk penyusunan yang sangat sederhana , solawat salam kami haturkan kepda nabi Muhammad saw.
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
            Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.[1]



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Awal Masuknya Islam ke Indonesia
Metamorfosa perkembangan pada masa awal di Indonesia selalu menarik untuk di kaji dan di teliti. Hal tersebut dikarenakan islam yang hadir di perairan Nusantara in mampu dengan cepat beradaptasi sehingga tidak memunculkan benturan budaya dengan adat dan tradisi local yang sudah ada sebelumnya.
Sejak dahulu kawasan timur yang meliputi kepulauan India Timur dan pesisir selatan China sedah memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui perdagangan. Ketika Nabi Muhammad SAW berhasil menyebarkan ajaran Islam di wilayah Arab, maka para pedagang Arab yang datang ke Nusantara melalui jalur laut dengan rute dari Aden menyisir menuju maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul (Debal), Pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Keras ( ibu kota kerajaan Kadangalar) Quilon, dan Kelicut. Kemudian menyisir pantai karamandel seperti saptagram ke chitagong (pelabuh terbesar di Bangladesh) Akyab (sekrang wilayah Myanmar), Selat malaka, peureulak (aceh timur) Lamno (pantai barat aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara Tuban, Gersik, Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore. Rute yang lain adaalah langsung daeri aden menuju pantai Malabar (dengan Quilon sebagai pelabuhan terbesar) di deccan, selat Cylon ( dengan memisahkan india dan srilanka) kemudian di lanjutkan ke malaka (alam melayu) melewati singapura (sekarang) ke patani sampai ke kanton. Perlu di ketahui, bahwa jalur lautdari Malabar ke malaka hanya ada waktu enam bulan yang bisa di lalui karena gelombang laut di teluk bangla sangat ganas. Untuk itu, perjalanan terhenti dan para pedagang singgah di pedalaman atau melanjutkan perjalan dengan menyuisuri pantai teluk bangle  untuk di lanjutkan ke malaka. [2]
Perkembangan pelayaran daan perdagangan yang bersifat internasional antara Negara-negara di asia bagian barat dan timur mungkin di sebabkan oleh kegiatan kerajaan islam di bawah Bani Umayah di bagian barat maupun kerajan Cina jaman dinasti T’ang di asia timur serta kerajaan sriwijaya di asia tenggara.
Upaya kerajaan Sriwijaya dalam memperluas kekuasaannya ke semenanjung malaka sampai kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti 775, berita-berita cina dan arab abad ke-8sampai ke-10 M. hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat malaka yang merupakan kunci dari pelayaran dan perdagangan internasional.
Sejarah Masuknya Agama Islam ke Indonesia
 Agama Islam telah ada sejak Zaman Nabi Muhammad SAW , kemudian di Teruskan oleh Para khalifah dan Sahabat – Sahabatnya sehingga sampai kepada kita (umat islam)  yang ada di Indonesia. Perjalanan datang nya agama islam tentunya ada pembawa dan sejarahnya. Untuk itu Mari kita sama sama belajar , mengenal, mengetahui tentang sejarah masuk nya islam ke Indonesia.
Indonesia memiliki Profil Negara yang kaya akan hasil bumi (rempah – rempah) , sehingga menjadi pusat perhatian Dunia. Kemudian para pedagang dari Luar Indonesia berdatangan untuk berdadang , mencari rempah – rempah. Para pedangan tersebut di antara nya Arab, Persia, dan Gujarat, yang kemudian sembari mencari rempah – rempah mereka pun mengajarkan Agama mereka di Indonesia (Agama Islam).
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Pada abad ke-13 Masehi, merupakan awal dimana masuknya Agama Islam di Indonesia melalui Pedagang Muslim. namun tetap saja para Ahli memiliki pendapat yang berbeda – beda. Yang jelas ada beberapa teori yang berlakuyang menjadi proses masuknya agama islam ke Indonesia.
  • Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
  • Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
  • Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
Secara Proses !! Masuk nya Islam ke Indonesia terdapat beberapa Cara. Diantaranya melalui : Perdangan, Perkawinan, Pendidikan , dan Kesenian. Secara Detail berikut adalah Penjabaran sejarah proses masuknya islam ke Indonesia.
Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
Melalui Kesenian
Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
B.   Agama dan Kekuatan Politik Pada Masa Pra-Penjajahan
sebelum islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan-kerajaan Hindu dab Budha. Di antaranya, ada kerajaan Bahari terbesar yang menguasai dan mengendalikan pulau-pulau di nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang, Sumatra selatan, dan Singasari, selanjutnya yaitu Majapahit.
a.       Islam di Sumatra
Ada tiga kerajaan Islam terkenal di Sumatra yang telah memosisikan Islam sebagai agama dan sebagai kekuatan politikyang mewarnai corak social budayannya, yaitu Perlak, Pasai, dan aceh.
Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Sumatra Utara yang berkuasa pada tahun 225-692 H./840-1292M., dengan raja pertamanya Sultan Alaiddin Syed maulana Abdul Aziz Shah (225-249 H./840-864 M. hal ini sesuai dengan berita Marcopolo (engembara Itali yang  tiba di Sumatra pada tahun 1292) yang menyatakan pada masa itu (abad ke-8 M.) Sumatra terbagi ke dalam delapan kerajaan yang semuanya menyembah berhala kecuali 1 kerajaan yaitu Perlak yang berpegang pada Islam.
Sisten kerajaannya yang diterapkan di Perlak pada dasarnya mengikuti system pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daulah Abbasiyah (750-1258 M) yaitu kepala pemerintah/kepala badan eksekutif dipegang oleh sultan dengan di bantu oleh beberapa wazir, yaitu Wazir AS-siyasah (bidang politik) Wazir Al-Harb (bidang keamanan dan pertahanan) Wazir Al-Maktabah ((bidang administrasi Negara) Wazir Al-Isqtishad  (bidang ekonomi/keuangan) dan Wazir Al-Hukkam (bidang kehakiman). Selain itu sebagai penasihat pemerintah yang bertugas mendampingi sultan dan para wazirnya, di bentuk sebuah lembaga yang di sebut majlis fatwa di bawah pimpinan ul;ama yang berpangkat mufti.
b.      Islam di jawa
Ahli-ahli sejarah tampaknya sepakat bahwa penyebar islam di jawa adalah para Wali Songo. Mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahaan dan politik. Bahkan, seringkali seorang raja seakan-akan baru sah sebagai raja sudah di akuim dan di berkahi Wali Songo.
Islam telah tersebar di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan maulana Ishak yang bergelar Syekh Awal Al-islam di utus sebagai juru dakwah oleh Raja samudra, Sultan Zainal Abiddin Bahiyah syah (1349-1406) ke Gersik. Dalam percaturan politik, islam mulai memosisikan dari ketika melemahnya kekuasaan kerajaan Majapahit yang memberi peluang kepada penguasaan islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasan yangindependen.

c.       Islam di kalimantan
Para ulama awal yang berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah yang terus menerus mengalir. Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo kala itu. Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu. Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan. Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni sebelum terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses pembentukan negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku (etnic state) yang diwakili oleh Negara Nan Sarunai milik orang Maanyan. Fase kedua adalah negara awal (early state) yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha. Terbentuknya Negara Dipa dan Negara Daha menandai zaman klasik di Kalimantan Selatan. Negara Daha akhirnya lenyap seiring dengan terjadinya pergolakan istana, sementara lslam mulai masuk dan berkembang disamping kepercayaan lama. Zaman Baru ditandai dengan lenyapnya Kerajaan Negara Daha beralih ke periode negara kerajaan (kingdom state) dengan lahirnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Banjar pada tahun 1526 yang menjadikan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.
Zaman keemasan Kerajaan Banjar terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke-18. Pada masa itu terjadi puncak perkembangan Islam di Kalimantan Selatan sebagaimana ditandai oleh lahirnya Ulama-ulama Urang Banjar yang terkenal dan hasil karya tulisnya menjadi bahan bacaan dan rujukan di berbagai negara, antara lain Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Berbeda dengan Muhammad Arsyad yang menjadi perintis pusat pendidikan Islam, Muhammad Nafis mencemplungkan dirinya dalam usaha penyebar-luasan Islam di wilayah pedalaman Kalimantan. Dia memerankan dirinya sebagai ulama sufi kelana yang khas, keluar-masuk hutan me-nyebarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dan oleh karena itu beliau memainkan peranan penting dalam mengembangkan Islam di Kalimantan.
Islam masuk Kalimantan Selatan lebih belakangan ketimbang misalnya, Sumatera Utara dan Aceh. Seperti diungkapkan Azra, diperkirakan pada awal abad ke-16 sudah ada sejumlah muslim di sini, tetapi Islam baru mencapai momentumnya setelah pasukan Kesultanan Demak datang ke Banjarmasin untuk membantu Pangeran Samudra dalam perjuangannya melawan kalangan elite di Kerajaan Daha. Setelah kemenangannya, Pangeran Samudra beralih memeluk Islam pada sekitar tahun 936/1526, dan diangkat sebagai sultan pertama di Kesultanan Banjar. Dia diberi gelar Sultan Suriansyah atau Surian Allah oleh seorang da’i Arab. Dengan berdirinya Kesultanan Banjar, otomatis Islam dianggap sebagai agama resmi negara. Namun demikian, kaum muslimin hanya merupakan kelompok minoritas di kalangan penduduk. Para pemeluk Islam, umumnya hanya terbatas pada orang-orang Melayu.  Islam hanya mampu masuk secara sangat perlahan di kalangan suku Dayak. Bahkan di kalangan kaum Muslim Melayu, kepatuhan kepada ajaran Islam boleh dibilang minim dan tidak lebih dari sekadar pengucapan dua kalimah syahadat.
Di bawah para sultan yang turun-temurun hingga masa Muhammad Arsyad dan Muhammad Nafis, tidak ada upaya yang serius dari kalangan istana untuk menyebarluaskan Islam secara intensif di kalangan penduduk Kalimantan. Karena itu, tidak berlebih jika Muhammad Nafis dan terlebih Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan tokoh penting dalam proses Islamisasi lebih lanjut di Kalimantan. Dua orang ini pula yang memperkenalkan gagasan-gagasan keagamaan baru di Kalimantan Selatan. Pengembangan Islam di Kutai dilakukan oleh dua orang muslim dari makassar yang bernama Tuan di Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, dengan cepat islam berkembang di Kutai, termasuk raja mahkota memeluk islam. Kemudian pengembangan islam dilanjutkan ke daerah-daerah pedalaman pada pemerintahan Aji di Langgar. Pada tahun 1550 M, di Sukadan (Kalimantan Barat) telah berdiri kerajaan islam. Ini berarti jauh sebelum tahun itu rakyat telah memeluk agama islam, Adapun yang meng-islamkan daerah Sukadana adalah orang Arab islam yang datang dari Sriwijaya. Di Sukadana Sultan yang masuk islam adalah Panembahan Giri Kusuma (1591) dan Sultan Hammad Saifuddin (1677). [3]
d.      Islam di Maluku
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai  Moluccas adalah salah satu provinsi tertua di Indonesia. Ibukotanya adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.
Sejak dahulu kepulauan ini menghasilkan rempah-rempah yang diminati banyak daerah dari manca Negara, missal cina, maupun Negara-negara dari benua Eropa. hususnya di Maluku utara (sekarang), daerah ini merupakan kawasan paling penting pada saat itu. Terdiri dari beberapa kerajaan dan kepulauan. Diantaranya : Ternate, Tidore, Mokir, Makian,  Bacan, dan Jailolo. Ketika dulu, untuk menuju kesana ada dua jalur, pertama berlayar melalui jalur selatan dengan menyusuri pantai laut jawa, laut flores, kemudian sampai Maluku. Kedua, dengan melalui jalur utara, yakni dari Kalimantan utara, melewati selat Sulawesi, kemudian baru ke Maluku. Kebanyakan untuk masuk ke  Maluku, mereka transit melalui kerajaan jailolo, sehingga kerajaan ini terkenal sebagai pintu gerbang Maluku.
 Sebagai bukti sejarah, sebuah Masjid besar  serta AL-Qur’an tertua masih menjadi saksi bisu kejayaan islam dimasa silam. Masjid ini bernama Masjid Wapauwe, yang konon dalam membangunnya sama sekali tidak menggunakan paku, sampai sekarang masjid itu masih berdiri.
·         Kerajaan Ternate
            Ternate merupakan daerah penting di Maluku (sekarang terletak di provinsi Maluku Utara). Kerajaan ini berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang lain disekitarnya, karena kerajaan ini dipimpin oleh seorang sultan, sedang kerajaan yang lain dipimpin oleh seorang ratu atau raja.
 Sebagaimana tidore, daerah ini kaya akan rempah-rempah, hususnya cengkih, sehingga banyak para pedagang dari luar nusantara yang mencari rempah disini, karena kekayaan alamnya serta pelabuhannya yang mudah digunakan untuk transit bagi kapal-kapal pelayar.
            Pada abad ke-15, tepatnya pada tahun 1460, islam mulai masuk ke ternate. Raja pertama bernama Vongi tidore. Ia mengambil istri dari soorang keturunan ningrat dari jawa. Namun sumber lain mengatakan bahwa raja yang pertama kali masuk islam adalah Zainal Abidin, malah ada juga yang berpendapat bahwa raja sebelumnya juga sudah memeluk agama islam, yakni bapak Zainal Abidin, yang bernama Gapi Baguna, sebagaimana yang dikatakan oleh F. Valentijn. Yang mana beliau masuk islam atas dakwah dari seorang saudagar dari jawa, Maulana Husain, sehingga namanya diganti dengan Marhum.
            Sebelum menjadi kesultana, ternate merupakan kerajaan yang mengikuti agama syamanisme, kerajaan ini merupakan satu keturunan dengan kerajaan tidore, jailolo, dan Bacan. Akan tetapi, setelah masuknya bangsa colonial yang berhasil mempengaruhi kerajaan ini, akhirnya satu sama lain saling bermusuhan. Karena tidore bekerjasama dengan Spanyol, maka Ternate bersekutu dengan portugis untuk mengimbangi persaingan yang ada, sehingga terjadi bentrok antara ternatre yang dibantu oleh portugis dan tidore dengan bala bantuan Spanyol. Akhirnya ternate mendapatkan kemenganag atas tidore.
            Setelah mendapatkan kemenangan, ternyata portuygis berhianat, mereka memanipulasi hasil rempah-rempah yang ada di ternate. Hal mini menjadikan kemarahan sultan khoirun membara, akhirnya beliau mengangkat senjata dan mengadakan perlawanan kepada portugis, perang terjadni hingga ibukota ternate terbakar, tahun 1565. Dengan dalih perundingan, sultan Khoirun diundang ke Loji Portugis, tapi disana ia malah dihianati, sehingga ia terbunuh disana.
            Kesultana digantikan oleh sultan Babulloh, setelah kematian sultan khoirun, ia mengadakan perlawanan kembali dengan portugis, benteng-benteng tempat pertahanan portugis akhirnya dapat direbut oleh rakyat ternate,  akhirnya pada 28 desember 1577 beliau berhasil mengusir bangsa portugis dari dunia ternate untruk selama-lamanya.
            Ketika kerajaan dipimpin oleh zainal Abidin, ia sempat meluangkan waktu untuk belajar agama islam di Gresik. Ternyatya disini ia bertemu dengan seorang kepala daerah dari ambon yang bertujuan sama dengannya, sehingga mereka berdua bersaudara. Setelah ia selesai belajar islam, maka ia mengukuhkan islam dengan memasukkan agama islam sebagai agama resmi, serta memasukkannya kedalam struktur politik, semula nama pemimpin adalah seorang raja, kemudian disebut sebagai seorang sultan. Ia juga membangun sebuah sekolahan dengan membawa guru agama dari jawa, kemudian mewajibkan para pejabat pemerintahan  untuk mempelajari syariat islam.
            Pada masa inilah ternate mengalami masa keemasannya, tidak hanya dalam bidang keagamaan, melainkan juga perdagangan mulai berkembang pesat. Kinia banyak yang berdatangan para pedagang dari jawa, melayu, hingga orang-orang arab ikut meramaikan pada sector perekonomian mereka. Hingga akhirnya, hal ini mengundang iri dan dengki dari kerajaan-kerajaan sekitar.
·         Kerajaan Tidore
            Sebagaimana ternate, tidore juga merupakan kerajaan penting dimaluku, selain kaya akan rempah-rempah, daerah ini merupakan penghasil belerang. Islam baru masuk ke tidore setelah abad ke-16, karena sebelumnya mereka masih menganut kepercayaan setempat.
            Abad ke-16 bisa dikatakan masa kegemilangan bagi tidore dan ternate, dua kerajaan ini saling bersaing satu sama lain hingga abad ke-17. Sebagai contoh, pulau Motir, yang terpengaruh oleh dua kekuasaan, yakni ternate dan tidore, hingga sempat menyebabkan permusuhan antara mereka.[4]
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Metamorfosa perkembangan pada masa awal di Indonesia selalu menarik untuk di kaji dan di teliti. Hal tersebut dikarenakan islam yang hadir di perairan Nusantara in mampu dengan cepat beradaptasi sehingga tidak memunculkan benturan budaya dengan adat dan tradisi local yang sudah ada sebelumnya.
Agama Islam telah ada sejak Zaman Nabi Muhammad SAW , kemudian di Teruskan oleh Para khalifah dan Sahabat – Sahabatnya sehingga sampai kepada kita (umat islam)  yang ada di Indonesia. Perjalanan datang nya agama islam tentunya ada pembawa dan sejarahnya. Untuk itu Mari kita sama sama belajar , mengenal, mengetahui tentang sejarah masuk nya islam ke Indonesia.
Indonesia memiliki Profil Negara yang kaya akan hasil bumi (rempah – rempah) , sehingga menjadi pusat perhatian Dunia. Kemudian para pedagang dari Luar Indonesia berdatangan untuk berdadang , mencari rempah – rempah. Para pedangan tersebut di antara nya Arab, Persia, dan Gujarat, yang kemudian sembari mencari rempah – rempah mereka pun mengajarkan Agama mereka di Indonesia (Agama Islam)
  • Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
  • Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
  • Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.

















DAFTAR PUSTAKA
M. Abdul Karim, Sejarah pemikiran dan peradaban islam (Yogyakarta: Bagaskara, 2007)
http://rajul-al.blogspot.com/2012/01/makalah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
http://shinnypadelecki.blogspot.com/2009/11/perkembangan-islam-di-kalimantan.html












[1] http://rajul-al.blogspot.com/2012/01/makalah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
[2] M. Abdul Karim, Sejarah pemikiran dan peradaban islam (Yogyakarta: Bagaskara, 2007) hal 324
[3] http://shinnypadelecki.blogspot.com/2009/11/perkembangan-islam-di-kalimantan.html
[4] http://ruruls4y.wordpress.com/2012/05/29/masuknya-agama-islam-di-maluku-ternate-dan-tidore/

FILSAFAT


RASIONALISME

A.    Latar belakang
Latar belakang munculnya Rasionalisme adalahkeinginan untuk membebasakan dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah di terima tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang di hadapi. Apa yang di tanam Aristosteles dalam pemikiran saatitu juga masih di pengaruhi oleh khayalan-khayalan.[1]
Menurut KBBI Rasinalisme adalah teori (paham) yg menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yg lepas dr jangkauan indra; paham yg lebih mengutamakan (kemampuan) akal dp emosi, atau batin.[2]
Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus “ada”, orang tidak mungkin akan dapat menggambarkannya.  Prinsip di anggap sesuatu a-priori, atau pengalaman, dan karena itu prinsip tidak di kembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya, pengalaman hanya dapat di mengerti bila di tinjau dari prinsip tersebut.[3]  Berbagai ahli pikir telah berusaha menyajikan sebuah gambaran mengenai pengetahuan manusiawi; menurut mereka pengetahuan tersebut tersusun dari unsur-unsur tunggal (kesan-kesan indrawi) dar beruapa luapan luapan.

B.     Pelopor Rasionalisme dan pemahamnya
1.                       Menurut  DR. jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M,Ed, dalam buku filsafat pendidikan, Rasionalsme di pelopori oleh Rene Descartes (1595-1650), ia juga penggerak dan pembaharu pemikiran moderen abad ke-17, menurutnya sumber pengetahuan yang dapat di jadikan patokan dan dapat di uji kebenarannya adalah rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-syarat yang dituntut ilmu pengetahuan ilmiah, dengan demikian dunia pengetahuan bukanlah utama untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang di dapat dari proses akal. Dalam pendapat yang agak berbeda filosuf Blaise Pascal (1632-1662), menyatakan akal adalah tumpuan utama  dalam menjelajahi pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kesanggupan dalam menganalisa bahan (obyek), tetapi pada sisi lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa adanya keterkaitan atau keterpaduan dengan pengalaman.[4]
2.                       Sedangakan menurut Muzairi Mag, dalam bukunya yang berjudul Filsafat Umum, mengatakan bahwa rasionalisme itu di pelopori oleh rene descartes pada tahun 1596-1650, yang di sebut bapak filsafat moderen, ia menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun olehsatu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang unum.[5] Dalam pemahaman pengarang terdapat perbedaan pemahaman mengenai tahun dan pemahaman tokoh tentang rasionalisme.
C.     Kritik Terhadap Rasionalisme
1.      Pengetahuan rasional di bentuk oleh idea yang tidak dapat di lihat atau di raba. Eksistensi tentang idea yang sudah pasti ataupun yang bersifat bawaan itu sendiri belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama.  Lebih jauh, terdapat perbedaan pendapat yang nyata di kamum rasionalis itu sendiri mengenai kebenaran dasar yang menjadi landasan dalam menalar. Plato, St,  Augustine dan descartes masing-masing mengembangkan teori-teori rasional sendiri yang masing-masing berbeda.
2.      Banayak di anatara manusi yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besr dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis.
3.      Teori Rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini. Banyak idea yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu yang lain. Pada suatu saat dalam sejarah, idea bahwa bumi adalah pusat dari sistem matahari hampir diterima secara umum sebagai suatu pernyataan yang pasti.[6]
Dalam hal ini descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir maka di perlukan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat di temukan dalam keragu-raguan Cogito ergo sum (sayaa berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.




[1] Muzairi Mag, Filsafat Umum, (Yogyakarta: teras, 2009) hal.132
[2] Kmus Besar Bahasa Indonesia
[3] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Prespektif,(jakarta :P.T. Gramedia Jakarta, 1978) hal.99
[4] DR. jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M,Ed, filsafat pendidikan,( Jakarta:Gaya Media Pratama, 1997) hal.57
[5] Ibid. 131
[6] Ibid. 102